“Pergilah, Di luar sana ada seseorang sedang menunggu dirimu….”
“ Tidak. Aku tidak ingin pergi. Tidak untuk saat ini.”
“Jangan keras kepala! Aku tak bisa memberi yang kau minta! Nanti kau bisa terluka dan kecewa. Aku…. Aku tak mau melihatmu kecewa dan terluka. Jadi lebih baik kau pergi saja!”
“ Pergi Kemana?! Siapa yang menungguku di luar sana??!”
“ Aku juga tak tahu, tapi kau tak akan pernah tahu jika tak mencobanya. Bergeraklah dan temukan dia!”
“Tidak! Aku tak akan pergi, aku ingin bersamamu di sini. Aku sudah cukup lelah mencari dan saat ini kurasa aku telah menemukan tujuanku di sini. Aku tak akan pergi”
“Jangan Gila! Jangan habiskan waktumu dengan sia-sia untuk hal yang tak pasti hasilnya! Waktumu itu terlalu berharga! Kau layak untuk berbahagia!”
“Apa ada hal yang pasti di dunia?? Tak ada satupun yang pasti di dunia kecuali kematian!”
Malam itu, turun hujan. Deras dan disertai
angin kencang. Alam seolah tahu apa yang kau rasakan. Perasaanmu
terwakilkan oleh deru hujan. Perasaan seseorang yang berada diantara harapan
dan kekecewaan.
Harapan dan kekecewaan memang selalu
berdampingan, walau tak pernah sejalan. Ada yang pernah bilang: “Manusia
membunuh dengan senapan, cinta membunuh dengan harapan”
Hidup memang paradoks yang sempurna, kan?
Harapan itu seperti oksigen yang kita hirup. Menghidupkan sekaligus mematikan.
Oksigen membuat seluruh organ tubuh kita dapat berfungsi, tapi disaat yang sama
proses oksidasi membuat sel-sel tubuh kita menua dan akhirnya mati.
Seperti itu pula harapan. Memiliki harapan berarti memiliki kesempatan untuk
disakiti. Dan mungkin bisa juga membuat kita mati jika kita berharap terlalu
tinggi. Ah,tapi mungkin ada hal yang tak dimengerti. Harapan bagai oksigen.
Inilah membuat kita mampu hidup dari hari ke hari karena mempunyai energi untuk
terus bergerak. Semakin tinggi harapan semakin banyak energi yang kita miliki
untuk bergerak memperjuangkan kehidupan. Karena memang kehidupan adalah
ketidakpastian yang harus terus diperjuangkan hingga datang hal yang paling
pasti di dunia ini: Kematian.
Hidup lebih mati tanpa harapan.
Hei, itu nasi goreng yang
kita pesan sudah datang! Bisakah sejenak kita hentikan percakapan tentang perasaan, harapan, dan kekecewaan?
Perutku sudah kelaparan.
Selamat makan, Teman.
Teruslah Berjalan Semoga apa yang kau cari akan segera kau temukan. Tetaplah
berbahagia dalam menjalani kehidupan. Terima kasih telah memberikanku pelajaran
mengenai perasaan yang mungkin tak akan pernah kulupakan
0 komentar:
Posting Komentar