Resensi Buku: Celeng Satu Celeng Semua

|
 Judul: Celeng Satu Celeng Semua - 10 Cerpen pilihan Kompas 2003-2012
Pengarang: Triyanto Triwikromo
   Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2013
Jumlah Halaman : xv + 141

Seperti buku kumpulan cerpen pilihan Kompas yang lain, cerita-cerita yang ada di dalamnya selalu punya taste sastra yang cukup tinggi, menurutku. Tapi entahlah buku yang satu ini menurutku terlalu tinggi dan berat. Jadi kalau kamu bermaksud untuk membaca buku sekedar untuk mencari pleasure semata buku ini sangat tidak direkomendasikan, tapi kalau kamu bermaksud membaca buku dengan tujuan untuk mendapatkan pengalaman dalam membaca buku ini patut dibaca. Tulisan si pengarang di buku ini cukup punya karakter khas yang mungkin tidak bisa dijumpai pada tulisan pengarang lain.

Bagi yang belum biasa membaca cerita penuh muatan sastra --termasuk aku--,  pasti akan pusing mengikuti alur cerita di buku ini (Ga tanggung ya kalau jidat jadi berkerut :p). Karena alur cerita-cerita di buku ini kadang tidak selalu runtut, ada bagian-bagian dari cerita yang menurutku dihilangkan sehingga cerita jadi serasa menggantung. Tapi untuk aku pribadi model alur cerita yang seperti ini justru menjadi suatu daya tarik tersendiri karena bisa membuat para pembaca menerka-nerka dan mengembangkan cerita sesuai dengan imajinasi masing-masing.

Yang cukup khas dari cerita-cerita di buku ini adalah pengarang mengambil tokoh-tokoh dari cerita atau sejarah yang sudah ada tetapi dikembangkan menjadi cerita lain di buku ini. Misalnya pada cerita Malaikat Tanah Asal, di sini pengarang memunculkan tokoh Abilawa dan Gendari menjadi ayah dan ibu dari Haryati. Sebenarnya Abilawa dan Gendari ini adalah tokoh dalam pewayangan. Abilawa adalah nama samaran dari tokoh Bima selama diusir dari istana Hastinapura. Akan tetapi ada persamaan antara Abilawa dalam pewayangan dan Abilawa dalam cerita ini yaitu keduanya memiliki pekerjaan sebagai seorang jagal. Gendari dalam pewayangan merupakan ibu dari Kurawa bersaudara, dan merupakan istri dari Destarata     

Hal lain yang cukup menarik dalam buku ini adalah pengarang dapat memodifikasi sejarah dengan elegan sehingga keluar dari pakem patokan yang sudah umum kita kenal. Misalnya dalam cerita Sayap Kabut Sultan Ngamid, disini sebenarnya pengarang sedang menceritakan mengenai sejarah peristiwa penagkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda yang sebenarnya cerita pakemnya sudah umum diketahui orang. Namun dengan kepiawaiannya, sejarah peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro dimodifikasi dan dikembangkan sesuai kreativitas si pengarang. Dalam cerita ini dikisahkan bahwa sebenarnya Pangeran Diponegoro sudah tahu bahwa ia akan ditipu dan ditangkap oleh Belanda saat melakukan perundingan damai, Namun ia tetap pergi berunding dan menjalani takdirnya. Diceritakan juga bahwa menjelang ditangkap, di bahu Pangeran Diponegoro muncul sayap yang dapat membawanya terbang ke langit.

Secara keseluruhan menurutku buku ini cukup unik dan otentik, tidak klise. Walaupun sempat pusing mengikuti alur ceritanya, tapi buku ini cukup menarik. Pemilihan diksinya menurutku cukup oke juga. Unsur yang paling menonjol dan membuat buku ini beda dari yang lain adalah tokoh dan alurnya.

Oke, buat yang penasaran sama buku ini silahkan dibaca yaa....Membaca buku yang satu ini benar-benar menambah pengalaman membacamu. Happy Reading All

0 komentar: