Tanpa Raga

|


Di  dunia tanpa raga,
Ketika semua rasa menjadi sama
tidak ada lagi senang, sedih maupun kecewa.
Dimana tidak ada lagi ruang dan waktu sebagai antara.
Saat semua bisa menjadi seperti yang kita minta.
Adakah perasaanku padamu masih tetap sama?
Ataukah aku akan sudah lupa
Atau malah merasa tidak perlu lagi untuk mengingatnya?
 Karena toh semua rasa juga sama saja.

Hal yang terindah dari dunia beraga ini adalah ketidak pastian yang membuat kita akan selalu berharap dan berdoa. Adalah ketika kita masih bisa mengerti sekaligus merasakan banyak rasa dan terlarut di dalamnya.
Entah apakah aku masih akan ingin bertemu denganmu di dunia tanpa raga?
Jikalau pun nanti aku bertemu denganmu di dunia tanpa raga, entah aku akan menemuimu dengan perasaan yang mana?
***
Katanya, di dunia tanpa raga orang kan melakukan kegitan terakhir dalam hidupnya berulang kali banyaknya.
Temanku hilang ketika naik gunung, ia tak pernah kembali lagi. “aku bisa mendaki puncak-puncak gunung tertinggi berkali-kali setiap hari disini, tanpa rasa lelah sama sekali” katanya.
Satu lagi temanku tidak pernah kembali setelah menyelam di laut dalam.  “ Aku bisa menyelami seluruh lautan dari yang dangkal sampai yang paling dalam setiap hari disini tanpa takut tenggelam “ katanya.
Jika memang demikian adanya, aku ingin seperti Bisma yang bisa memilih sendiri jalan kematiannya karena memegang teguh sumpah yang diikrarkannya. Sempurna karena ia memilih jalan kematiannya di tangan orang yang paling dicintainya, Srikandi yang merupakan titisan Dewi Amba.
Mungkin di dunia tanpa raga sana, Bisma bisa bercinta dengan Amba setiap hari tanpa terikat lagi dengan sumpahnya ketika ada di dunia beraga.
Adakah kita akan bersama di dunia tanpa raga seperti Bisma dan Amba?
Entahlah, apapun itu aku yakin semua akan menjadi indah pada waktunya

0 komentar: